Pos Indonesia dalam rangka turut memperkenalkan kekayaan flora dan fauna yang dimiliki oleh 33 provinsi di negara yang kita cintai ini, menerbitkan rangkaian prangko seri Flora dan Fauna Identitas Provinsi dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.
Program ini merupakan salah satu komitmen dari Pos Indonesi yang juga berperan serta secara akktif tidak hanya ikut mempromosikan kekayaan hayati saja tetapi turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Bagaimana tidak? Dari hanya 1 (satu) keping prangko dapat bercerita dan memberikan informasi yang amat berharga yaitu flora atau fauna asli Indonesia kepada generasi penerus bangsa. Langkah ini pun sejalan dengan keinginan pemerintah untuk memperkenalkan kekayaan hayati Indonesia ke seluruh dunia.
Mengajak pula generasi muda turut melestarikannya, dan jangan sampai flora fauna asli Indonesia diakui oleh negara lain. Sebagian dari kekayaan flora dan fauna ini juga dalam kondisi diambang kepunahan. Tak ada salahnya kaum muda, generasi penerus bangsa dapat mengenali lebih dekat kekayaan tersebut.
Penerbitan prangko
Penerbitan prangko ini pada setiap tahunnya akan menampilkan flora dan fauna dari 11 provinsi yang dipilih secara acak. Hal serupa dilakukan pula ketika akan menerbitkan prangko seri Lambang Provinsi yang telah diterbitkan lebih dahulu, yaitu pada tanggal 17 Agustus 2008. Untuk tahun 2008 provinsi yang ditampilkan adalah Bali, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Maluku, Naggroe Aceh Darussalam, Papua, Riau, Sulawesi Barat dan Sumatra Barat.
Penandatanganan Sampul Hari Pertama
Bertempat di Istana Wakil Presiden, Rabu, 5 November 2008, telah dilaksanakan acara Launching prangko seri Flora – Fauna Identitas Provinsi dan ditandai dengan penandatanganan Sampul Hari Pertama seri prangko tersebut oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusup Kalla didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Komunikasi dan Informatika serta Wakil Direktur Utama PT Pos Indonesia, I Ketut Mardjana.
Berikut ini dapat disimak flora dan fauna yang terdapat pada seri prangko Flora dan Fauna Identitas Perusahaan :
Majegau (Dysoxylum densiflorum) dan Curik Bali (Leucopsar rothschildi) dari Bali
Majegau adalah salah satu jenis pohon yang kayunya sering dipakai sebagai bahan ukiran Bali karena kuat dan mempunyai pola warna yang indah. Jalak Bali atau Curik Bali tergolong sebagai burung bernyanyi dengan jumlah populasi kritis yang saat ini hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Bali Barat.
Wolato (Vitex cofassus) dan Ikan Bulala’o (Liza dussumieri) dari Gorontalo
Wolato adalah termasuk dalam jenis kayu keras yang biasa digunakan sebagai bahan lantai, pergola, balok serta bagian luar bangunan lainnya. Ikan Bulala’o hidup di sekitar area pantai dan air payau serta memperoleh makanan dari ganggang, plankton serta partikel anorganik yang mengendap di dasar laut.
Gandaria (Bouea macrophyla) dan Harimau Totol (Phantera pardus) dari Jawa Barat
Gandaria adalah tanaman yang tumbuh secara lambat di hutan basah pada ketinggian hingga 300 m diatas permukaan laut.
Harimau Totol termasuk satwa langka yang dilindungi habitatnya di Taman Gunung Ciremai, Jawa Barat.
Kantil (Michelia alba) dan Kepodang Emas (Oriolus chinensis) dari Jawa Tengah
Bunga Kantil Putih atau Cempaka Putih yang berbau harum biasa digunakan untuk ritual adat. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun terutama musim hujan. Kepodang Emas sesuai dengan namanya memiliki bulu berwarna kuning keemasan dengan garis hitam pada sayap dan ekornya.
Tengkawang Tungkul (Shorea stenoptera) dan Enggang Gading (Rhinoplax vigil) dari Kalimantan Barat
Tengkawang Tungkul sejak lama dimanfaatkan untuk diambil minyaknya sebagai bahan pengolahan makanan dan kosmetika.
Enggang Gading hidup di habitat hutan tropik dengan pepohonan tinggi yang berada di ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut.
Anggrek Larat (Dendrobium phalaenopsis) dan Nuri Raja Ambon (Alisterus amboinensis) dari Maluku
Anggrek Larat tumbuh di pepohonan atau karang kapur yang cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian hingga 150 m di atas permukaan laut. Nuri Raja Ambon termasuk salah satu burung nuri besar yang bisa dijumpai di kawasan hutan lembab kepulauan Maluku dengan populasinya makin berkurang.
Cempaka (Michelia champoca) dan Ceumpala Kuneng (Copsychus pyrropygus) dari Nanggroe Aceh Darussalam
Bunga Cempaka atau Jeumpa dikembangbiakan untuk diambil minyak dari bunganya sebagai bahan parfum. Ceumpala Kuneng biasa dijumpai di kawasan pada ketinggian hingga 90 m di atas permukaan laut. Burung ini memiliki paruh hitam dan panjang.
Matoa (Pometia pinnata) dan Cendrawasih (Seleucidis melanoleuca) dari Papua
Matoa yang dijumpai di kawasan hutan Papua pada ketinggian hingga 1.700 m di atas permukaan laut ini merupakan tumbuhan yang kayunya biasa digunakan sebagai bahan bangunan, peralatan pertanian dan olahraga. Sedangkan buahnya manis dan segar dengan rasa gabungan antara lengkeng dan durian. Cendrawasih 12 Kawat adalah burung endemik di wilayah hutan Papua yang tidak berimigrasi ini mempunyai warna yang indah, paruh dan kaki yang kuat, suara yang keras serta ketahanan terbang yang baik.
Nibung (Oncosperma tigillarium) dan Serindit Melayu (Loriculus galgulus) dari Riau
Nibung termasuk dalam kelompok palem liar yang tumbuh berumpun di dekat hutan pantai berair payau. Serindit Melayu biasa hidup di hutan lebat secara bergerombol atau berpasangan serta memiliki kebiasaan aneh yaitu menggantung ke bawah pada saat tidur.
Uru (Elmerrillia ovalis) dan Mandar Dengkur (Aramidopsis plateni) dari Sulawesi Barat
Cempaka Hutan Kasar atau Uru dengan batang setinggi hingga 45 m dan garis tengah hingga 2 m memiliki manfaat ekonomi yang tinggi karena kayunya yang kuat serta memiliki serat yang indah. Mandar Dengkur termasuk jenis unggas dengan status dilindungi yang berada di Taman Nasional Lore Lindu dan Bogani Nani Wartabone di Sulawese Barat.
Andalas (Morus macroura) dan Kuau Raja (Argusianus argus) dari Sumatera Barat
Andalas adalah pohon penghasil kayu berkualitas tinggi dengan tinggi hingga 40 m serta garis tengah 1 m. Kuau Raja memiliki bentuk tubuh yang khas dengan ekor yang panjang hingga mencapai 2 m serta memiliki suara yang lantang sehingga dapat terdengar dari kejauhan.
Sumber : http://www.posindonesia.co.id | Akses pada 9 September 2009
Filed under: Biologi, Budaya, Filateli, Lingkungan, Pengetahuan Praktis, Pos, Provinsi, Sejarah | Tagged: Artikel, Fauna, Filateli, Flora, IPA, Prangko, Sejarah | 1 Comment »