Melacak 21 Layanan Pos dengan SMS


Pos Indonesia dalam melayani masyarakat memberikan beberapa kemudahan, antara lain melaui SMS. Dengan SMS, masyarakat dapat memperoleh informasi juga memberi masukan program yang diemban Pos Indonesia. Ada 21 macam sms yang disediakan dan siap dimanfaatkan masyarakat, yaitu:

1. Melacak Kiriman Pos (untuk melacak kiriman Pos dalam negeri, Pos luar negeri, wesel pos, pos ekspres)

2. Informasi Layanan Giro Pos (untuk mendapatkan informasi layanan giro pos, registrasi nomor hp di layanan giro pos, ubah pin giro pos, dan cek saldo giro pos)

3. Informasi Filateli (untuk berlangganan dengan komunitas fiatelis dan cara berhenti berlangganan).

4. Tanya Kode Pos dan Lokasi Kantor Pos (untun bertanya kode pos kelurahan dan kode pos kecamatan, serta layanan bertanya lokasi kantor pos)

5. Iformasi dan Pengaduan BLT (layanan untuk memperoleh informasi program BLT, informasi realisasi nasional program BLT, informasi realisasi per kota program BLT, informasi realisasi per kabupaten program BLT, dan layanan masukan/kritikan pelaksanaan program BLT)

6. Layanan JPS (Jumat Pagi Spirit) (cara berlengganan dan berhenti dari layanan Jumat Pagi Spirit.

Prangko Seri Gemar Membaca dan Menulis


Prangko-BacaTulisDalam rangka meningkatkan minat baca dan menulis bagi generasi muda, Ditjen Postel pada tanggal 2 Mei 2007, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, menerbitakan prangko seri “Gemar Membaca dan Menulis”. Prangko terdiri dari dua desain, yang merupakan hasil karya pemenang pertama dan kedua “Lomba Desain Prangko Nasional”.

Prangko ini termasuk prangko istimewa yang dicetak sebanyak 100.000 set dengan harga nominal Rp 1.500,00 atau Rp 30.000,00/sheet, memuat gambar hasil karya Elisabeth Christine Yowono dari Surabaya dan Suroso dari Yogyakarta. Sedangkan karya pemenang ke tiga Djoko Soejanto dari Bandung ditampilkan pada Sampul Hari Pertama (SHP). SHP tersebut dicetak sebanyak 5.000 buah dengan nilai nominal Rp 5.000,00.

Penerbitan prangko ini sebagai bentuk kepedulian terhadap rendahnya minat baca, hal terlihat dari jumlah surat kabar yang dikonsumsi masyarakat. Idealnya, satu eksemplar surat kabar dicetak untuk setiap sepuluh orang. Namun, di Indonesia perbandingannya satu surat kabar untuk 45 orang. Rasio itu masih di bawah Filipina yang perbandingannya 1 : 30 dan Srilanka 1 : 38.

Sumber | http://www.posindonesia.co.id | Akes pada 9 September 2009

Prangko 100 Tahun Kebangkitan Nasional


Prangko-100-Th-Kebangkitan-Kebangkitan nasional adalah era tumbuhnya nasionalisme serta semangat perjuangan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai sebuah bangsa merdeka, yang sebelumnya masih bersifat kedaerahan. Kesadaran ini muncul sebagai salah satu dampak Politik Etis  pemikiran tentang tanggung jawab moral pemerintah kolonial terhadap kesejahteraan pribumi sebagai kritik terhadap Politik Tanam Paksa. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Budi Utomo dan penyelenggaraan Sumpah Pemuda.

Berdirinya Budi Utomo  20 Mei 1908 di Jakarta menandai awal era kesadaran berbangsa di kalangan orang Indonesia. Puncak kesadaran nasional Indonesia terjadi dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda pada Konggres Pemuda II,  28 Oktober 1928 di Jakarta. Memperingati peristiwa bersejarah ini, PT Pos Indonesia melaksanakan Penerbitan Prangko100 tahun Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2008.

Visualisasi Prangko  rancangan Agus Wege ini terdiri dari dua pendekatan yakni Kebangkitan Nasional masalalu (sejarah) dan Kebangkitan Nasional Masa kini. Untuk memberikan kesan yang unik sekaligus memberikan efek hubungan masa lalu dan masa kini yang sangat erat, maka dua desain ini ditampilkan seolah-olah dalam satu rangkaian yang bersatu. Kebangkitan Nasionanal versi sejarah ditampilkan disebelah kiri dengan ilustrasi tiga orang  berwarna sephia untuk menggambarkan masa lalu, sebagai simbolisasi tiga serangkai yang merupakan pendiri dan penggagas Kebangkitan Nasional.  Simbolisasi tiga serangkai  digambarkan  sedang memberikan semangat kepada generasi sekarang yang  mengibarkan bendera sebagai simbol tumbuhnya Semangat Kebangkitan Nasional   Kegiatan pengibaran bendera dilakukan tiga orang (pria, wanita dan anak-anak) dengan warna yang cerah yang merepresentasikan berbagai kalangan/golongan.

Nilai nominal masing-masing prangko Rp 1.500,00 untuk kedua desain “lahirnya kebangkitan Nasional” dan “100 tahun Kebangkitan Nasional”. Komposisi Sheet terdiri dari 16 keping (8X2) dengan harga persheet Rp 24.000,00 dicetak sebanyak 100.000 set. Selain itu diterbitkan pula Sampul Hari Pertama (SHP) rancangan Tata Sugiarta  seharga Rp 5000,00 perlembar, dicetak sebanyak 5000 buah. Masa jual prangko sejak 20 Mei 2008 sampai dengan 31 Desember 2011, sedangkan masa laku untuk pemerangkoan mulai 20 Mei 2008 sampai 31 Desember 2013.

Sumber | http://www.posindonesia.co.id | Akses pada 9 September 2009

Prangko Flora dan Fauna Identitas Provinsi


Pos Indonesia dalam rangka turut memperkenalkan kekayaan flora dan fauna yang dimiliki oleh 33 provinsi di negara yang kita cintai ini, menerbitkan rangkaian prangko seri Flora dan Fauna Identitas Provinsi dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.

Program ini merupakan salah satu komitmen dari Pos Indonesi yang juga berperan serta secara akktif tidak hanya ikut mempromosikan kekayaan hayati saja tetapi turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Bagaimana tidak? Dari hanya 1 (satu) keping prangko dapat bercerita dan memberikan informasi yang amat berharga yaitu flora atau fauna asli Indonesia kepada generasi penerus bangsa. Langkah ini pun sejalan dengan keinginan pemerintah untuk memperkenalkan kekayaan hayati Indonesia ke seluruh dunia.

Mengajak pula generasi muda turut melestarikannya, dan jangan sampai flora fauna asli Indonesia diakui oleh negara lain. Sebagian dari kekayaan flora dan fauna ini juga dalam kondisi diambang kepunahan. Tak ada salahnya kaum muda, generasi penerus bangsa dapat mengenali lebih dekat kekayaan tersebut.

Penerbitan prangko
Penerbitan prangko ini pada setiap tahunnya akan menampilkan flora dan fauna dari 11 provinsi yang dipilih secara acak. Hal serupa dilakukan pula ketika akan menerbitkan prangko seri Lambang Provinsi yang telah diterbitkan lebih dahulu, yaitu pada tanggal 17 Agustus 2008. Untuk tahun 2008 provinsi yang ditampilkan adalah Bali, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Maluku, Naggroe Aceh Darussalam, Papua, Riau, Sulawesi Barat dan Sumatra Barat.

Penandatanganan Sampul Hari Pertama
Bertempat di Istana Wakil Presiden, Rabu, 5 November 2008, telah dilaksanakan acara Launching prangko seri Flora – Fauna Identitas Provinsi dan ditandai dengan penandatanganan Sampul Hari Pertama seri prangko tersebut oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusup Kalla didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Komunikasi dan Informatika serta Wakil Direktur Utama PT Pos Indonesia, I Ketut Mardjana.

Berikut ini dapat disimak flora dan fauna yang terdapat pada seri prangko Flora dan Fauna Identitas Perusahaan :

Majegau (Dysoxylum densiflorum) dan Curik Bali (Leucopsar rothschildi) dari Bali
Majegau adalah salah satu jenis pohon yang kayunya sering dipakai sebagai bahan ukiran Bali karena kuat dan mempunyai pola warna yang indah. Jalak Bali atau Curik Bali tergolong sebagai burung bernyanyi dengan jumlah populasi kritis yang saat ini hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Bali Barat.

Wolato (Vitex cofassus) dan Ikan Bulala’o (Liza dussumieri) dari Gorontalo
Wolato adalah termasuk dalam jenis kayu keras yang biasa digunakan sebagai bahan lantai, pergola, balok serta bagian luar bangunan lainnya. Ikan Bulala’o hidup di sekitar area pantai dan air payau serta memperoleh makanan dari ganggang, plankton serta partikel anorganik yang mengendap di dasar laut.

Gandaria (Bouea macrophyla) dan Harimau Totol (Phantera pardus) dari Jawa Barat

Gandaria adalah tanaman yang tumbuh secara lambat di hutan basah pada ketinggian hingga 300 m diatas permukaan laut.

Harimau Totol termasuk satwa langka yang dilindungi habitatnya di Taman Gunung Ciremai, Jawa Barat.

Kantil (Michelia alba) dan Kepodang Emas (Oriolus chinensis) dari Jawa Tengah
Bunga Kantil Putih atau Cempaka Putih yang berbau harum biasa digunakan untuk ritual adat. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun terutama musim hujan. Kepodang Emas sesuai dengan namanya memiliki bulu berwarna kuning keemasan dengan garis hitam pada sayap dan ekornya.

Tengkawang Tungkul (Shorea stenoptera) dan Enggang Gading (Rhinoplax vigil) dari Kalimantan Barat
Tengkawang Tungkul sejak lama dimanfaatkan untuk diambil minyaknya sebagai bahan pengolahan makanan dan kosmetika.

Enggang Gading hidup di habitat hutan tropik dengan pepohonan tinggi yang berada di ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut.

Anggrek Larat (Dendrobium phalaenopsis) dan Nuri Raja Ambon (Alisterus amboinensis) dari Maluku
Anggrek Larat tumbuh di pepohonan atau karang kapur yang cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian hingga 150 m di atas permukaan laut. Nuri Raja Ambon termasuk salah satu burung nuri besar yang bisa dijumpai di kawasan hutan lembab kepulauan Maluku dengan populasinya makin berkurang.

Cempaka (Michelia champoca) dan Ceumpala Kuneng (Copsychus pyrropygus) dari Nanggroe Aceh Darussalam
Bunga Cempaka atau Jeumpa dikembangbiakan untuk diambil  minyak dari bunganya sebagai bahan parfum. Ceumpala Kuneng biasa dijumpai di kawasan pada ketinggian hingga 90 m di atas permukaan laut. Burung ini memiliki paruh hitam dan panjang.

Matoa (Pometia pinnata) dan Cendrawasih (Seleucidis melanoleuca) dari Papua
Matoa yang dijumpai di kawasan hutan Papua pada ketinggian hingga 1.700 m di atas permukaan laut ini merupakan tumbuhan yang kayunya biasa digunakan sebagai bahan bangunan, peralatan pertanian dan olahraga. Sedangkan buahnya manis dan segar dengan rasa gabungan antara lengkeng dan durian. Cendrawasih 12 Kawat adalah burung endemik di wilayah hutan Papua yang tidak berimigrasi ini mempunyai warna yang indah, paruh dan kaki yang kuat, suara yang keras serta ketahanan terbang yang baik.

Nibung (Oncosperma tigillarium) dan Serindit Melayu (Loriculus galgulus) dari Riau
Nibung termasuk dalam kelompok palem liar yang tumbuh berumpun di dekat hutan pantai berair payau. Serindit Melayu biasa hidup di hutan lebat secara bergerombol atau berpasangan serta memiliki kebiasaan aneh yaitu menggantung ke bawah pada saat tidur.

Uru (Elmerrillia ovalis) dan Mandar Dengkur (Aramidopsis plateni) dari Sulawesi Barat
Cempaka Hutan Kasar atau Uru dengan batang setinggi hingga 45 m dan garis tengah hingga 2 m memiliki manfaat ekonomi yang tinggi karena kayunya yang kuat serta memiliki serat yang indah. Mandar Dengkur termasuk jenis unggas dengan status dilindungi yang berada di Taman Nasional Lore Lindu dan Bogani Nani Wartabone di Sulawese Barat.

Andalas (Morus macroura) dan Kuau Raja (Argusianus argus) dari Sumatera Barat
Andalas adalah pohon penghasil kayu berkualitas tinggi dengan tinggi hingga 40 m serta garis tengah 1 m. Kuau Raja memiliki bentuk tubuh yang khas dengan ekor yang panjang hingga mencapai 2 m serta memiliki suara yang lantang sehingga dapat terdengar dari kejauhan.

Sumber :    http://www.posindonesia.co.id | Akses pada 9 September 2009

Prangko Seri Cut Nyak Dhien


Pos Indonesia dalam rangka mengenang 100 tahun meninggalnya seorang pahlawan, pejuang wanita yang gagah berani berasal dari Aceh pada tahun 1908. Pejuang wanita ini meninggal dalam pengasingannya, sebuah akhir di tanah sepi di Sumedang, Jawa Barat. Jauh dari tanah kelahirannya, jauh dari keluarganya, renta, tua, rabun dan menderita encok, sendiri dan jauh dari orang-orang yang mencintai dan dicintai dirinya. Ya, hari-hari akhir pejuang wanita ini memang dihiasi oleh kesenyapan dan sepi.

Pada saat kematiannya, 08 November 1908, warga setempat tidak mengetahui siapa sebenarnya wanita tua itu. Identitas sengaja dirahasiakan oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka memanggilnya dengan nama ibu Perbu yang berarti Ratu.

Tak ada yang menyangka bila perempuan tua yang mereka panggil ibu Perbu adalah The Queen of  Aceh Battle dari Perang Aceh (1873-1904) bernama Tjoet Nyak Dhien. Siapa sesungguhnya ibu Perbu baru terungkap pada tahun 1960. Informasi berasal dari surat resmi di Hindia Belanda tulisan kolonial Verslag yang menyatakan bahwa Tjoet Nyak Dhien diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.

Terlahir dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Lampadang tahun 1848. Dari seorang ayah yang bernama Teeku Nanta Setia yang merupakan keturunan perantau Minang yang datang dari Sumatera Barat ke Aceh di sekitar abad 18.

Tumbuh sebagai seorang gadis yang cerdas dan menikah pada usianya yang ke 12 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga.

Perang Aceh
Agresi Belanda pada tahun 1873 telah menggerakkan seluruh rakyat Aceh, termasuk Teuku Ibrahim untuk berjuang mengusir kaum kolonial. Dalam suatu pertempuran di Lembah Beurandeun Gle’Taron pada 1878, Teuku Ibrahim dengan beberapa pengikutnya gugur. Kematian orang yang dicintainya itu bukan memadamkan semangat berjuang untuk mengusir kaum kolonial tetapi semangat juang itu tetap berkobar di dalam dadanya, semakin mendorong Tjoet Nyak Dhien turun langsung di medan perang.

Setelah beberapa lama menjanda, ia menikah kembali dengan Teuku Umar. Pasangan suami istri ini kemudian melanjutkan perang melawan penguasa Belanda. Pada tahun 1899 Teuku Umar gugur pda pertempuran di daerah Suak Ujung Kalak Meulaboh.

Meskipun tubuh telah renta serta penyakit encok menggerogoti dan melemahkan dirinya, tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berjuang.

Prangko Cut Nyak Dhien
Perang Aceh adalah cerita tentang keberanian, pengorbanan dan kecintaan terhadap tanah air. Bagi Tjoet Nyak Dhien, perang Aceh bukan hanya milik Teuku Umar, Teuku Cek Ibrahim Lamnga atau monopoli para lelaki Aceh saja. Perang Aceh adalah milik semesta rakyat Aceh.

Sebagai penghormatan terhadap semangat juang yang tinggi yang ditunjukan oleh seorang perempuan bernama Tjoek Nyak Dhien, Pos Indonesia menerbitkan prangko seri beliau pada 5 November 2008.

Mengenal Pulau Terluar melalui Prangko


Jamrud Khatulistiwa

Tak salah jika orang mengatakan bahwa negara yang kita cintai ini adalah untaian jamrud di khatulistiwa. Negara kepulauan yang terdiri tidak kurang dari 17.508 pulau besar dan kecil membentang dengan panjang 5.110 km.
Secara lokasi yang amat strategis, diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia, dan diantara 2 buah samudara, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Pulau-pulau yang tersebar terhubung oleh laut dan selat yang merupakan wilayah laut nasional dengan luas perairan sekitar 5,8 juta km2 serta panjang pantai 79.610 km.

Pulau Terluar

Indonesia memiliki 92 pulau terluar yang memiliki titik pangkal berbatasan dengan 10 negara tetangga yaitu Australia, Malaysia, Singapura, India, Thailand, Vietnam, Filipina, Papau, Papua Nugini dan Timor Leste.
Sebagai salah satu upaya sosialisasi keberadaan pulau-pulau kecil terluar tersebut dalam rangka menjaga keutuhan wilayah Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, Departemen Komunikasi dan Teknologi Informasi Republik Indonesia menerbitkan prangko seri Pulau-pulau Kecil Terluar bertepatan pada peringatan Hari Nusantara yang jatuh pada tanggal 13 Desember 2008. Prangko ini menampilkan 4 pulau tersebut yaitu Damar, Sebatik, Batubawaikang dan Bras.

Pulau Damar
Pulau Damar atau masyarakat menyebutnya tokongatap termasuk gugusan Kepulauan Anambas yang terletak di Laut Natuna dan berbatasan dengan Malaysia. Pulau ini berupa batuan besar yang kokoh dan bertebing curam. Pulau Damar juga merupakan lokasi tenggelamnya 4 buah kapal yang membawa barang-barang bernilai sejarah tinggi.

Pulau Sebatik
Pulau Sebatik ini memiliki wilayah yang terbagi menjadi 2 bagian, sebagian merupakan daerah wilayah Indonesia dan sebagian masuk wilayah Malaysia. Program utama yang perlu dilakukan di Pulau Sebatik antara lain adalah pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan pariwisata serta peningkatan penegakan hukum dan pengawasan keamanan.

Pulau Batubawaikang
Pulau Batubawaikang merupakan salah satu pulau paling ujung di sebelah Utara Sulawesi yang berbatasan langsung dengan Filipina. Pulau ini terletak di sebelah Utara Pulau Sangihe dan di sebelah Timur lau Pulau Marore.

Pulau Bras
Pulau Bras merupakan gugusan Kepulauan Mapia yang berbatasan dengan Republik Papau. Jarak antara Pulau Bras dengan Pulau Babelthuap (Republik Palau) adalah sejauh 390 Mil. Tingginya keanekaragaman biota laut dan masih terpeliharanya ekosistem yang ada di Kepulauan Mapia memberikan peluang pengembangan industri wisata baik wisata alam, budaya dan peninggalan sejarah Perang Dunia II.

Sumber:   http://www.posindonesia.co.id | Akses pada 9 September 2009