Berpuasa dengan menahan makan – minum pada siang hari sangat berguna memberi kesempatan istirahat pencernaan makanan. Alat-alat pencernaan dalam tubuh manusia perlu beristirahat dan pembersihan yaitu menghilangkan cairan-cairan kotor supaya saluran / pembuluh darah menjadi lancar dan bersih. Dengan demikian cara kerja alat-alat tubuh menjadi sempurna sehingga kesehatan lebih terjamin.
“Berpuasalah supaya kamu sehat” demikian pesan Rasulullah SAW. Hadits ini menjelaskan bahwa melalui puasa Ramadlan, anggota badan kita adalah menjalani penyucian, yakni penyucian jiwa dan raga (jasmani dan rohani). Mata, kita latih untuk selalu memandang hal-hal yang diridlai Allah SWT. Telinga, dibiasakan mendengar suara/bisikan yang dapat meningkatkan keimanan. Mulut, juga demikian. kita gunakan berkata atau mengucapkan yang diridlai Allah SWT. Mulut itu berhubungan dengan pencernaan dan telinga. Kerjasama mulut dan telinga dapat membahayakan jika tidak kita jaga karena apa yang kita dengar adalah cenderung kita ucapkan. Apa yang jelek didengar berarti juga jelek diucapkan. Dan apa yang baik didengar maka berarti baik untuk kita ucapkan atau kita tirukan.
Penyucian jiwa dengan berpuasa, ibarat kendaraan yang masuk bengkel. Kendaraan perlu diservis, dibersihkan dari kotoran, saluran bensin harus lancar, baut harus kuat, rantai tidak terlalu kencang atau kendor, roda harus setel agar jalannya tidak goyang, oli harus diganti karena cairan ini sudah tidak berfungsi, dsb.
Apabila kendaraan telah keluar dari bengkel maka mesin menjadi mudah hidup dan suara lebih halus, serta tidak mengeluarkan asap yang mengganggu lingkungan dan orang lain.
Demikian juga jiwa raga kita, setelah mengalami “penyucian” puasa ramadlan satu bulan penuh benar-benar menjadi manusia luhur/putih bersih. Gerak perbuatan manusia yang putih bersih senantiasa memantulkan nilai-nilai ketaqwaan: langkah menjadi terarah, lurus, dan mulia; Ucapannya santun, menyejukkan, damai dan tidak menyinggung orang lain. Hatinya suci bersih, selalu berfikir dan berbuat yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Berpuasa Ramadan adalah untuk membentuk pribadi yang taqwallah. Firman Allah SWT dalam S Al Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadama berpuaa ramadlan seperti diwajibkan kepada orang-orang terdahulu supaya kamu menjadi orang yang bertaqwa”.
Taqwa adalah patokan atau ukuran keimanan seorang muslim. Amal perbuatan orang yang bertaqwa, senantiasa membawa manfaat bagi diri sendiri juga orang lain karena langkahnya dalam tuntunan Allah SWT sebagaimana janji Allah dalam S. At Thalaq ayat 2 “Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan memberi baginya jalan keluar”. Jalan keluar dan kemudahan urusan adalah sangat dibutuhkan oleh siapa pun karena setiap manusia pasti menghadapi suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan jalan keluar. Nah, bagi seorang yang bertaqwa kepada Allah SWT, segala problem kehidupan tidak akan mengalami kesulitan dan Allah pasti akan memberikan jalan untuk mengatasinya.
“Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusan”. (Q.S At Thalaq ayat 4)
Sungguh suatu kesempurnaan yang luar biasa bilamana seorang manusia tidak ada keluh kesah dalam kehidupan sebab segala urusan telah “dijaga” yakni segala urusan dalam kemudahan dan pasti ada jalan keluar dari Allah SWT.
Selamat atas kemenangan saudaraku. Semoga kita “idul fithri” : kembali suci.
Selamat Hari Raya Idul Fithri, maaf lahir batin . . .
“Hari raya bukanlah bagi siapa yang berbaju baru akan tetapi hari raya adalah bagi siapa yang taqwanya (kepada Allah) bertambah”
Filed under: Agama, Artikel, Khutbah, Kultum | Tagged: Artikel, Islam, Nasihat |
Tinggalkan komentar