Shalat Idul Fithri adalah merupakan ibadah sunnah: barang siapa mengamalkan akan mendapatkan pahala dan barang siapa tidak mengamalkan maka tidak ada dosa padanya.
Hari Raya Idul Fitri bagi sebagian orang ada yang dipahami identik dengan baju baru, padahal, yang seharusnya, Idul Fithri merupakan ibadah untuk meningkatkan taqwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, niat untuk mengikuti shlalat Idul Fithri harus betul-betul “lurus” untuk ibadah lillahi ta’ala.
Untuk menuju shalat Idul Fithri, Rasulullah telah memberikan tuntunan sebagai berikut :
1. Berangkat ke tempat shalat setelah mandi, memakai pakaian yang bagus, dan memakai wangi-wangian.
“Rasulullah SAW menyuruh kami pada dua hari raya memakai pakaian yang bagus, memakai wangi-wangian yang terbaik dan berqurban dengan binatang yang termahal.” (HR Hakim)
2. Makan lebih dahulu sebelum berangkat shalat Idul Fithri.
“Adalah Nabi SAW tidak berangkat ke tempat shalat pada hari raya fithri sebelum memakan beberapa biji kurma dan memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR Ahmad dan Bukhari)
3. Mengikutsertakan anak-anak dan wanita untuk memeriahkan (syiar Islam)
“Kami diperintahkan untuk mengeluarkan semua gadis dan wanita yang sedang haidl pada kedua hari raya, agar mereka dapat menyaksikan kebaikan hari itu dan doa dari kaum muslimin, tetapi wanita-wanita yang haidl hendaklah agak menjauhi tempat shalat.
4. Menempuh jalan yang berlainan waktu berangkat dan pulang.
“Adalah Nabi SAW pada waktu hari raya menempuh jalan yang berlainan (waktu pergi dan pulangnya) .”(HR Bukhari)
B. Silaturrahiim
Silaturrahiim yang dimaksud ialah bermaaf-maafan dengan saudara, sahabat, dan sesama muslim setelah mengerjakan shalat Idul Fithri. Silaturrahiim merupakan amalan mulia karena “pemberian maaf” terhadap sesama itu berkaitan dengan penghisaban di akhirat sebagaimana sabda Nabi berikut:
“Barang siapa yang menganiaya saudaranya (sesama manusia) dari hartanya atau lainnya maka hendaklah dibereskan di dunia ini sebelum di akhirat. Kalau sudah di akhirat, jika ia mempunyai amal baik diambil darinya setimbang keaniayaannya, jika amal baiknya sudah habis (lalu) diambil keburukan (dari) saudaranya itu lalu dipikulkan kepadanya.” (HR Bukhari).
TAQOBALLAHU MINNA WAMINKUM. DI HARI YANG FITRI INI MARI KITA JAGA KESUCIAN HATI MENUJU KEMENANGAN SEJATI. http://fikri-akbar.co.cc
SukaSuka